Burung jinak adalah salah satu syarat burung bisa menjadi
gacor. Burung jinak dalam hal ini bukan
berarti burung menurut saja ketika dipegang, atau mendekat kalau didekati
orang. Burung jinak secara umum adalah burung yang bebas dari tekanan di
sekitarnya, burung yang tidak takut lagi kepada makhluk hidup di sekitarnya
terutama terhadap manusia.
Burung kenari yang lahir dan besar di lingkungan manusia
misalnya, adalah burung yang jinak dalam pengertian ini. Banyak burung kenari
yang sulit ditangkap tangan, baik ketika di dalam sangkar, apalagi kalau
terlepas keluar sangkar. Namun demikian, dia tidak takut dan tertekan berada di
lingkungan manusia karena dia sudah terbiasa bahkan sejak lahir. Dalam konteks
ini, pada burung kenari tersebut sudah berlangsung domestikisasi.
Bagaimana dengan burung tangkapan hutan? Burung hasil tangkapan
hutan biasanya liar dan sangat gesit. Jika Anda punya burung masih liar, tentu
tidak akan pernah gacor ketika ada orang di sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa
burung-burung bakalan hanya berbunyi ngeplong kalau tidak ada/ tidak melihat orang.
Proses penjinakan
Untuk menjinakkan burung sudah banyak tips diberikan oleh
kawan-kawan kita. Dalam proses wajar, burung bisa jinak dalam waktu relatif
lama. Kalau mau agak cepet, kuncinyanya pada diri kita sendiri: sempat apa
nggak. Kalau Anda sempat, lakukan hal-hal berikut ini.
1. Dari sisi tempat
Kalau Anda punya burung terlalu liar, gantung saja agak
tinggi di tempat ramai, ya di tempat ramai, atau yang biasa dilalulalangi
anggota keluarga. Jangan justru digantung di tempat tersembunyi karena Anda takut
burung kelabakan. Biasakan itu selama sekitar sepekan. Setelah itu, posisi agak
diturunkan. Lakukan selama sepekan, turunkan lagi, sepekan mendatang turunkan
lagi sampai posisi normal. Kalau rumah Anda dekat jalan raya/kampung, biasakan
gantung burung di halaman rumah dekat jalan itu (tapi awas maling). Kalau
burung Anda memang liar banget dan Anda melakukan saran saya ini, saya jamin
burung Anda bakal berdarah-darah di sekitar paruhnya, juga bulunya rusak. Tapi
no problem. Itu proses normal yang harus kita lalui. Luka bakal kering, bulu
bakal tumbuh lagi.
2. Dari sisi memandikan
Biasakan memandikan burung dengan cara dikaramba dengan
waktu agak lama. Kalau dia nggak mau mandi sendiri, semprot pakai semprotan
sampai basah kuyup. Nggak masalah dia kelabakan kesana-kemari saat disemprot.
Benar-benar basah kuyup sampai menggigil kedinginan dan nggak kelabakan lagi.
Biarkan dulu dia di karamba, sampai bulu agak kering. Tapi kalau Anda
tergesa-gesa mau pergi, masukkan langsung ke sangkar juga nggak apa-apa, dan
gantung di tempatnya. Kalau sempat, lakukan “pemandian” itu pagi dan sore hari.
Fungsi memandikan sampai basah kuyup:
a. Untuk mempercepat burung lapar. Dengan mengombinasikan
dengan cara nomer 3 di bawah maka burung akan semakin merasa tergantung pada
kita. Pada saat yang sama, kita bisa cepat membuat burung lapar tetapi tidak
kekurangan nutrisi (beda kan kalau kita memang sengaja tidak memberi pakan
burung secara rutin atau cukup, yang dalam hal ini burung benar2 kekurangan
semua nutrisi. Kalau dengan memandikan, maka rasa lapar hanya disebabkan dia
terlalu banyak membakar karbohidrat untuk memanaskan tubuh).
b. Pada saat burung basah kuyup, ada pembelajaran pada
burung bahwa meskipun dia hanya bisa diam, kenyataannya kita (manusia) yang
berlalu lalang di dekatnya, bukan merupakan ancaman.
Proses penjinakan adalah proses pembelajaran domestikisasi.
Kalau kita takut burung lecet-lecet saat itu dan tidak
memaksakan proses pembelajaran, maka burung akan terlalu lama giras dan
bisa-bisa giras sepanjang masa. Kalau ini yang terjadi, ketika burung selalu
gerabakan saat dibawa-bawa, maka yang stress bukan hanya burungnya, tetapi juga
kita yang punya burung yang selalu gerabakan.
3. Dari sisi makanan (bisa dilakukan pada hari
libur/menyempatkan diri libur)
Kosongkan tempat pakan menjelang malam. Biarkan pada pagi
hari dia kelaparan. Dalam kondisi itu, sorongkan jangkrik dengan lidi di tangan
kita. Kalau dia nggak mau mematuk jangkrik, tarik lagi. Lima atau sepuluh menit
lagi kita lakukan hal sama. Kalau masih nggak mau, tunda lagi. Begitu
seterusnya, sampai sekitar pukul 10.00. Kalau sampai jam itu belum mau juga,
tinggalkan jangkrik di tempat pakan biar dimakan. Setelah dia makan satu
jangkrik, sorongkan pakai lidi satu jangkrik lagi. Kita goda dia beberapa saat
mau mendekat atau tidak. Begitu jangkrik disambar, kita coba lagi, sampai
burung agak kenyang. Setelah itu tempat pakan kita isi dengan kroto (untuk
murai dan kacer) satu sendok teh saja. Siang hari, kita coba-coba lagi memberi
jangkrik dengan lidi, dan begitu pula sore hari. Setelah terbiasa dengan lidi,
coba langsung diangsurkan dengan tangan. Proses ini kuncinya adalah membuat
burung kelaparan dan merasa tergantung pada manusia dan “terpaksa” harus berani
kepada manusia. Karena kuncinya membuat burung lapar, senantiasa kosongkan
wadah pakan dan hanya beri secukupnya ketika sudah dilatih makan jangkrik yang
kita tusuk lidi/langsung dari tangan kita.
Kalau sekadar untuk tetap bernafas sehat, empat-lima
jangkrik sudah cukup kita berikan pada pagi hari, dua-tiga jangkrik pada siang
hari, dan empat – lima jangkrik pada sore hari, dan semuanya tanpa ada makanan
tambahan di wadah pakan.
—Itulah sejumlah cara menjinakkan burung yang bisa kita
pilih. Kalau ketiga cara itu bisa kita laksanakan/kombinasikan berbarengan,
maka dalam waktu nggak sampai sebulan burung liar sudah jadi relatif jinak.
Menjinakkan burung dengan cara itu memang membawa sejumlah
konsekuensi, misalnya burung yang semula sudah mau ngriwik/bunyi, jadi agak
macet karena stres. Burung yang semula mulus, jadi luka atau rusak bulu. Tapi
semua adalah bagian dari proses. Tinggal kita mau pakai jalan cepat atau jalan
biasa. Orang Jawa bilang, jer basuki mawa bea, semua kebaikan perlu biaya dan
biaya ini bisa bermacam-macam bentuknya. Ok?